Sabtu, 21 Februari 2015

CERPEN




PENSIL DAN PENGHAPUS

Di meja itu, ada sebuah pensil dan penghapus yang masih baru. Mereka pun berkenalan dan tak lama mereka menjadi sahabat karib....
Waktu berlalu dan kondisi mereka sudah berbeda. Penghapus telah kehilangan sebagian besar bagian tubuhnya karena terlalu sering digunakan untuk menghapus tulisan yang dibuat oleh Pensil. Penghapus tampak dekil terkena bekas hapus tulisan Pensil. Namun ia tak menyebut apapun soal itu apalagi mengeluhkannya. Pensil pun penasaran...
“Mengapa kau tak pernah mengeluh akan keadaanmu itu, Penghapus?”
Penghapus terdiam, kemudian ia tersenyum...
“Aku punya beberapa alasan mengapa aku ikhlas dengan keadaanku”
“Apa saja alasanmu?”
“Pertama, aku ingin menjagamu dari membuat tulisan yang salah, yang buruk, atau coretan-coretan yang tak penting. Agar kau tak menghabiskan bagian tubuhmu untuk sesuatu yang tidak berguna. Aku berusaha memperpanjang usiamu,
Kedua, biarlah aku habis asal keberadaanku bisa berguna untukmu dan dapat membuat dirimu menjadi lebih baik. Toh setelah aku habis, kau akan segera mendapatkan pengganti diriku,
Ketiga, aku ini tak bisa melakukan hal baik di hidupku selain membersihkan jejak tulisanmu jika kau salah. Maka dari itu, karena kebaikan yang bisa aku lakukan adalah membantumu, walaupun aku harus kehilangan seluruh tubuhku, aku rela melakukan apapun demi dirimu, wahai Pensil.”
Ganti Pensil yang terdiam. Sejak saat itu, Pensil terlihat sibuk menulis sesuatu setiap hari dan tidak mengijikan Penghapus untuk mengganggunya atau bahkan sekedar menemaninya. Tidak seperti biasanya. Padahal biasanya Pensil selalu mengajaknya untuk menemaninya ketika Pensil sedang menulis sesuatu. Hingga suatu saat habis kesabaran Penghapus...
                “Sebenarnya apakah yang selama ini sedang kau tulis, Pensil?”
Pensil menyodorkan kertas-kertasnya ke arah Penghapus. Hal pertama yang dilihat oleh Penghapus adalah banyak coretan disana-sini menandakan bahwa itu adalah tulisan yang salah.
                “Lihat! Banyak sekali coretan disana-sini! Biarkan aku menghapusnya untukmu—“
                “Jangan!” cegah Pensil. “Aku suruh kau untuk membacanya bukan menghapusnya. Bacalah dulu dan dengarkan penjelasanku. Setelah itu, terserah  apakah kau akan menghapus tulisanku atau tidak.”
                “Dengarkan aku, Penghapus.. Tulisan itu berisi tentang kisahku dengan mu. Kisah kita berdua. Sejak kita pertama bertemu, hingga saat ini. Aku menulis semuanya, agar ada bukti fisik tentang keberadaanmu. Ada kenangan tentang dirimu yang bisa kutuang dalam bentuk nyata sebelum kau habis nanti,
                Kita berdua sama-sama punya kelebihan dan kekurangan. Karena itu kita saling membutuhkan untuk menonjolkan kelebihan dan menutupi kekurangan masing-masing. Kalau kau bilang, setelah kau habis, aku akan segera mendapat penggantimu yang baru, itu benar. Tapi mereka belum tentu sebaik dirimu dan sebersih dirimu dalam menghapus kesalahan-kesalahanku. Atau bahkan mereka belum tentu mau merelakan dirinya untuk memperbaiki kesalahanku, mengorbankan dirinya supaya aku bisa tau dimana kesalahanku. Karena itulah, KAU TAKKAN TERGANTIKAN,
                Aku digunakan untuk menulis. Namun aku bisa salah. Aku tak selalu menulis dengan benar dan indah. Maka dari itu kau ada. Kau berguna untuk menghapus tulisan-tulisanku yang salah. KAU TERCIPTA UNTUKKU,
                Ketahuilah, aku tak akan bahagia jika kau habis. Aku hargai semua usaha dan kebaikan yang kau lakukan untukku. Tapi kepergianmu hanya akan membuatku kehilangan teman terkarib yang selama ini selalu ada di sisiku dan untuk menemaniku, AKU MEMBUTUHKANMU
                Sekarang, setelah kau dengarkan semua penjelasanku, silakan tentukan keputusanmu,” ujar Pensil
                “Tapi apakah aku masih berguna dan layak untuk mendampingimu? Lihat aku. Aku sudah kotor, tubuhku sebentar lagi habis hanya dengan beberapa kali pakai lagi,” ratap Penghapus.
                “Wahai Penghapus, lihatlah aku. Aku sendiri sudah tak seutuh dulu. Tulisanku sudah tak sehitam dan setajam dulu. Kau pikir aku tak pernah merasa rendah diri atas keadaanku terhadapmu?”
Penghapus terdiam... ia tak menyangka Pensil akan mengatakan ini kepadanya...
                “Aku mohon, kebahagiaanku adalah memulai hidup denganmu, menjalani hidupku dengan membuat kisah tentang kita, suka dan duka, dan kebahagiaanku pulalah untuk mengakhirinya denganmu juga,” ujar Pensil
                Dan mereka pun terus bersama. Suatu hari, umur Pensil sudah hampir habis. Kemudian ia menuliskan setiap kesalahannya yang pernah ia lakukan selama hidupnya. Dan habislah Pensil...
                Penghapus pun mengerti dan mulai menghapus setiap kalimat yang berisi daftar kesalahan yang dilakukan oleh Pensil. Masih tersisa satu kalimat sebelum akhirnya Penghapus habis. Dan mereka pun pergi secara bersamaan, sama seperti ketika memulainya bersama-sama dulu...
                Taukah kalian apakah kalimat itu?
                “Aku menyesal tak menyadari perasaanku ini terhadapmu dan aku menyesal tak mengungkapkan sejak dulu bahwa aku mencintaimu, setulus hatiku, sepanjang usiaku,”.....
                Maka dari itu, jika cinta mendatangimu, jangan kau sangkal atau kau lawan kehadirannya. Tapi terimalah dengan hati penuh suka cita. Sadarilah keberadaan cinta dalam hatimu, ungkapkan dengan sikap yang jujur. Agar kau tak menyesal di kemudian hari, saat kau tak mampu lagi mengungkapkan perasaanmu terhadap orang yang kau cintai... atau ada orang lain yang lebih dulu menyatakan perasaan mereka terhadap orang yang kau cintai.... padahal kau tau dirimulah yang pantas untuknya, lebih baik bagi dirinya, dan dirimulah yang selama ini dicintainya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar