PENSIL DAN PENGHAPUS
Di meja
itu, ada sebuah pensil dan penghapus yang masih baru. Mereka pun berkenalan dan
tak lama mereka menjadi sahabat karib....
Waktu
berlalu dan kondisi mereka sudah berbeda. Penghapus telah kehilangan sebagian
besar bagian tubuhnya karena terlalu sering digunakan untuk menghapus tulisan
yang dibuat oleh Pensil. Penghapus tampak dekil terkena bekas hapus tulisan
Pensil. Namun ia tak menyebut apapun soal itu apalagi mengeluhkannya. Pensil
pun penasaran...
“Mengapa
kau tak pernah mengeluh akan keadaanmu itu, Penghapus?”
Penghapus
terdiam, kemudian ia tersenyum...
“Aku
punya beberapa alasan mengapa aku ikhlas dengan keadaanku”
“Apa
saja alasanmu?”
“Pertama,
aku ingin menjagamu dari membuat tulisan yang salah, yang buruk, atau
coretan-coretan yang tak penting. Agar kau tak menghabiskan bagian tubuhmu
untuk sesuatu yang tidak berguna. Aku berusaha memperpanjang usiamu,
Kedua,
biarlah aku habis asal keberadaanku bisa berguna untukmu dan dapat membuat
dirimu menjadi lebih baik. Toh setelah aku habis, kau akan segera mendapatkan
pengganti diriku,
Ketiga,
aku ini tak bisa melakukan hal baik di hidupku selain membersihkan jejak
tulisanmu jika kau salah. Maka dari itu, karena kebaikan yang bisa aku lakukan
adalah membantumu, walaupun aku harus kehilangan seluruh tubuhku, aku rela
melakukan apapun demi dirimu, wahai Pensil.”
Ganti
Pensil yang terdiam. Sejak saat itu, Pensil terlihat sibuk menulis sesuatu
setiap hari dan tidak mengijikan Penghapus untuk mengganggunya atau bahkan
sekedar menemaninya. Tidak seperti biasanya. Padahal biasanya Pensil selalu
mengajaknya untuk menemaninya ketika Pensil sedang menulis sesuatu. Hingga
suatu saat habis kesabaran Penghapus...
“Sebenarnya apakah yang selama ini sedang kau tulis, Pensil?”
Pensil
menyodorkan kertas-kertasnya ke arah Penghapus. Hal pertama yang dilihat oleh
Penghapus adalah banyak coretan disana-sini menandakan bahwa itu adalah tulisan
yang salah.
“Lihat! Banyak sekali coretan disana-sini! Biarkan aku menghapusnya untukmu—“
“Jangan!” cegah Pensil. “Aku suruh kau untuk membacanya bukan menghapusnya.
Bacalah dulu dan dengarkan penjelasanku. Setelah itu, terserah apakah kau
akan menghapus tulisanku atau tidak.”
“Dengarkan aku, Penghapus.. Tulisan itu berisi tentang kisahku dengan mu. Kisah
kita berdua. Sejak kita pertama bertemu, hingga saat ini. Aku menulis semuanya,
agar ada bukti fisik tentang keberadaanmu. Ada kenangan tentang dirimu yang
bisa kutuang dalam bentuk nyata sebelum kau habis nanti,
Kita berdua sama-sama punya kelebihan dan kekurangan. Karena itu kita saling
membutuhkan untuk menonjolkan kelebihan dan menutupi kekurangan masing-masing.
Kalau kau bilang, setelah kau habis, aku akan segera mendapat penggantimu yang
baru, itu benar. Tapi mereka belum tentu sebaik dirimu dan sebersih dirimu dalam
menghapus kesalahan-kesalahanku. Atau bahkan mereka belum tentu mau merelakan
dirinya untuk memperbaiki kesalahanku, mengorbankan dirinya supaya aku bisa tau
dimana kesalahanku. Karena itulah, KAU TAKKAN TERGANTIKAN,
Aku digunakan untuk menulis. Namun aku bisa salah. Aku tak selalu menulis
dengan benar dan indah. Maka dari itu kau ada. Kau berguna untuk menghapus
tulisan-tulisanku yang salah. KAU TERCIPTA UNTUKKU,
Ketahuilah, aku tak akan bahagia jika kau habis. Aku hargai semua usaha dan
kebaikan yang kau lakukan untukku. Tapi kepergianmu hanya akan membuatku
kehilangan teman terkarib yang selama ini selalu ada di sisiku dan untuk
menemaniku, AKU MEMBUTUHKANMU
Sekarang, setelah kau dengarkan semua penjelasanku, silakan tentukan
keputusanmu,” ujar Pensil
“Tapi apakah aku masih berguna dan layak untuk mendampingimu? Lihat aku. Aku
sudah kotor, tubuhku sebentar lagi habis hanya dengan beberapa kali pakai
lagi,” ratap Penghapus.
“Wahai Penghapus, lihatlah aku. Aku sendiri sudah tak seutuh dulu. Tulisanku
sudah tak sehitam dan setajam dulu. Kau pikir aku tak pernah merasa rendah diri
atas keadaanku terhadapmu?”
Penghapus terdiam... ia tak
menyangka Pensil akan mengatakan ini kepadanya...
“Aku mohon, kebahagiaanku adalah memulai hidup denganmu, menjalani hidupku
dengan membuat kisah tentang kita, suka dan duka, dan kebahagiaanku pulalah
untuk mengakhirinya denganmu juga,” ujar Pensil
Dan mereka pun terus bersama. Suatu hari, umur Pensil sudah hampir habis.
Kemudian ia menuliskan setiap kesalahannya yang pernah ia lakukan selama
hidupnya. Dan habislah Pensil...
Penghapus pun mengerti dan mulai menghapus setiap kalimat yang berisi daftar kesalahan
yang dilakukan oleh Pensil. Masih tersisa satu kalimat sebelum akhirnya
Penghapus habis. Dan mereka pun pergi secara bersamaan, sama seperti ketika
memulainya bersama-sama dulu...
Taukah kalian apakah kalimat itu?
“Aku menyesal tak menyadari
perasaanku ini terhadapmu dan aku menyesal tak mengungkapkan sejak dulu bahwa
aku mencintaimu, setulus hatiku, sepanjang usiaku,”.....
Maka dari itu, jika cinta mendatangimu, jangan kau sangkal atau kau lawan kehadirannya.
Tapi terimalah dengan hati penuh suka cita. Sadarilah keberadaan cinta dalam
hatimu, ungkapkan dengan sikap yang jujur. Agar kau tak menyesal di kemudian
hari, saat kau tak mampu lagi mengungkapkan perasaanmu terhadap orang yang kau
cintai... atau ada orang lain yang lebih dulu menyatakan perasaan mereka
terhadap orang yang kau cintai.... padahal kau tau dirimulah yang pantas
untuknya, lebih baik bagi dirinya, dan dirimulah yang selama ini dicintainya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar